Produksi kopi robusta di Lereng Muria tahun ini mengalami penurunan hingga 40 persen. Pasalnya, dibanding tahun lalu yang mencapai 20 ton, produksi kopi tahun ini hanya 8 ton.
Hal itu dikatakan oleh Teguh Budi Wiyono, petani kopi asal Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Senin (10/2/2025). Pengelola Goedang Kopi Moeria itu mengaku penurunan produksi kopi robusta di Muria ini cukup berimbas pada petani.
Ia mengatakan, produksi tersebut didapat dari 63 petani di Colo dan sebagian Desa Japan. Faktor utama penurunan produksi kopi muria disebabkan cuaca yang ekstrem.
“Cuaca sangat berpengaruh, tahun 2023 lalu saat panen, musim kemarau lebih panjang sehingga produksi kopi melimpah,” kata Teguh. Hasil panen petani kopi hanya dijual sistem ijon atau green been.
Sementara petik merah, hanya dilakukan oleh beberapa petani saja. Menurutnya, untuk mengantisipasi kerugian petani yang siginifikan akibat penurunan produksi ini, petani perlu memutar otak.
Caranya, kopi tidak hanya diolah dalam bentuk panen mentah green been saja. Tetapi diolah menjadi roasted been atau sangrai dan dalam bentuk kemasan. Teguh menambahkan, dengan promosi yang lebih menarik, tentu kopi muria akan lebih laku di pasaran.
“Saat ini masih banyak yang hanya menjual sistem ijon, selain lakunya murah, juga tidak tahan dalam waktu yang lama,” bebernya. Teguh pun mengajak para petani kopi di Lereng Muria untuk naik kelas dan mampu menjual kopi dalam kemasan.
Menurutnya, cara itu bisa memangkas kerugian dan bahkan menambah nilai keuntungan bagi petani kopi. Terlebih, saat ini kopi jenis Arabika juga mulai dikembangkan di Desa Colo.
Dia menyebutkan, kopi arabica bisa ditanam di Lereng Muria dengan ketinggian minimal 1.000 meter diatas permukaan air laut (mpdl). Harapannya, pengembangan produksi dan promosi tersebut bisa mendorong kopi muria lebih mendunia.
“Harga kopi sekarang memang naik Rp70 ribu per kilogram dari tahun lalu, tetapi modalnya tetap naik sehingga perlu diolah,” pungkasnya.
sumber: https://www.rri.co.id/semarang/bisnis/1315338/faktor-cuaca-ekstrem-produksi-kopi-muria-turun-40-persen